Loading...
Lihat Inovasi Lain


GARPU PENTING (Gerakan Peduli Cegah Stunting)

PUSKESMAS SINGOROJO 01

Saat ini Indonesia masih mengalami triple burden masalah gizi, di satu sisi kekurangan gizi (underweight, stunting dan wasting) dan defisiensi zat gizi mikro masih menjadi permasalahan, di sisi lain masalah kegemukan dan obesitas perlu mendapat perhatian serius. Prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi 30,8% (Riskesdas 2018) dan 27,67% (SSGBI 2019), bila merujuk pada standar WHO, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori tinggi, karena masih diatas 20%. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan. Stunting memiliki dampak pada berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya kapasitas produktif dan kondisi kesehatan yang buruk, dan peningkatan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, darah tinggi, diabetes melitus, dll. Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen dalam upaya penurunan prevalensi stunting, sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target penurunan stunting, dilakukan berbagai upaya melalui intervensi spesifik dan sensitif, penajaman strategi serta komitmen yang tinggi dari yang tinggi dari semua pihak termasuk upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, diantaranya melalui kegiatan Posyandu dengan kader sebagai pelaksananya. Penguatan intervensi spesifik diprioritaskan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan mulai saat kehamilan sampai bayi 0-23 bulan dan juga intervensi pada remaja. Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.Stunting merupakan kondisi serius yang terjadi saat seseorang tidak mendapatkan asupan bergizi dalam jumah yang tepat dalam waktu yang lama (kronik). Secara global, stunting berkontribusi terhadap 15-17 persen dari seluruh kematian anak. Walaupun mereka selamat, mereka kurang berprestasi di Sekolah sehingga menjadi kurang produktif saat dewasa. Anak Stunting yang terjadi di Indonesia tidak hanya di alami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu, tetapi juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin/ yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi, walaupun angkanya semakin memburuk pada kelompok masyarakat miskin. Prosentase stunting di Wilayah Puskesmas Singorojo I berdasarkan Bulan November Tahun 2021 menurut kategori usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 2 tahun adalah sebagai berikut : Saat ini Indonesia masih mengalami triple burden masalah gizi, di satu sisi kekurangan gizi (underweight, stunting dan wasting) dan defisiensi zat gizi mikro masih menjadi permasalahan, di sisi lain masalah kegemukan dan obesitas perlu mendapat perhatian serius. Prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi 30,8% (Riskesdas 2018) dan 27,67% (SSGBI 2019), bila merujuk pada standar WHO, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan kategori tinggi, karena masih diatas 20%. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan. Stunting memiliki dampak pada berkurangnya perkembangan kognitif dan fisik, berkurangnya kapasitas produktif dan kondisi kesehatan yang buruk, dan peningkatan risiko penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, darah tinggi, diabetes melitus, dll. Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen dalam upaya penurunan prevalensi stunting, sesuai dengan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk mencapai target penurunan stunting, dilakukan berbagai upaya melalui intervensi spesifik dan sensitif, penajaman strategi serta komitmen yang tinggi dari yang tinggi dari semua pihak termasuk upaya meningkatkan partisipasi masyarakat, diantaranya melalui kegiatan Posyandu dengan kader sebagai pelaksananya. Penguatan intervensi spesifik diprioritaskan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan mulai saat kehamilan sampai bayi 0-23 bulan dan juga intervensi pada remaja. Stunting merupakan suatu keadaan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.Stunting merupakan kondisi serius yang terjadi saat seseorang tidak mendapatkan asupan bergizi dalam jumah yang tepat dalam waktu yang lama (kronik). Secara global, stunting berkontribusi terhadap 15-17 persen dari seluruh kematian anak. Walaupun mereka selamat, mereka kurang berprestasi di Sekolah sehingga menjadi kurang produktif saat dewasa. Anak Stunting yang terjadi di Indonesia tidak hanya di alami oleh keluarga yang miskin dan kurang mampu, tetapi juga dialami oleh keluarga yang tidak miskin/ yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi, walaupun angkanya semakin memburuk pada kelompok masyarakat miskin. Prosentase stunting di Wilayah Puskesmas Singorojo I berdasarkan Bulan November Tahun 2021 menurut kategori usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 2 tahun adalah sebagai berikut : Berdasarkan Data tersebut masih tingginya prosentase stunting di Wilayah Puskesmas Singorojo I, oleh karena itu perlu diadakannya inovasi untuk menangani dan mencegah stunting yang berupa Garpu Penting (Gerakan Peduli CegahStunting)
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Inovasi GARPU PENTING (Gerakan Peduli Cegah Stunting) ini antara lain : 1. Menurunkan Prosentase Stunting Di Wilayah Puskesmas Singorojo I 2. Memberikan Informasi Kepada Masyarakat Tentang Stunting 3. Memberikan Informasi kepada Lintas Program, Lintas Sektor, dan Masyarakat mengenai pencegahan stunting
Gerakan ini bersifat mengajak Lintas Program, Lintas Sektor dan masyarakat untuk mencegah stunting sehingga prosentase bayi balita stunting di Puskesmas Singorojo I menurun.
Dengan diadakannya Inovasi GARPU PENTING (Gerakan Peduli Cegah Stunting) Jumlah Angka Stunting menurun sehingga tidak ada lagi kasus Stunting di Wilayah Puskesmas Singorojo I